Rabu, Februari 16, 2011

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

Oleh: Hidayat Raharja
Guru Biologi SMA 1 Sumenep

Permasalahan etika dan moral siswa di sekolah kerapkali dibebankan sebagai tanggungjawab guru agama dan pendidikan kewarganegaraan. Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 revisi terhadap sistem pendidikan dilakukan sesuai dengan tuntutan perubahan reformasi dan bergulirnya demokratisasi serta menguatnya issu Hak Asai Manusia (HAM). Guru sebagai tenaga pendidikan mempunyai makna penting untuk berperan serta dalam mensukseskan tujuan pendidikan nasional yang bercita-cita terwujudnya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa serta berkembangnya potensi diri secara optimal. Untuk mencapai pada cita-cita tujuan pendidikan nasional , maka guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Guru harus mampu membimbing, mengarahkan, mempengaruhi, dan menjadi pengganti orangtua di sekolah. Guru sebagai pendidik dituntut memiliki kecakapan secara akademis dan juga secara mental mampu memberikan teladan yang baik bagi anak didiknya.
Guru memiliki tanggungjawab moral untuk bisa membimbing etika dan moralitas anak didiknya sehingga sekolah sebagai nlembaga dapat berperan sebagai minisocity, tempat anak bersoasialisasi sehingga memiliki bekal hidup saat terjun masyarakat yang sesungguhnya.
Pemberian tunjangan profesi melalui sertifikasi tidak lain upaya untuk menghargai martabat guru dan meningkatkan kesejahteraannya, supaya dapat melaksnakan tugas dan kewajibannya secara optimal. Apresiasi terhadap profesi guru yang diharpakan tidak hanya sekedar mengajar tetapi juga punya beban tanggungjawab moral sehingga nantinya dihasilkan produk pendidikan yang berkuatas secara intel;ektual dan spiritual. Guru mampu memberikan layanan sehingga anak didik nantinya dapat berkembang kepribadian sesuai dengan potensi dengan nilai-nilai kepribadian yang mampu berinteraksi dengan lingkungan social dan kulturalnya secara baik.
Beban tanggungjawab untuk memberikan dan menanamkan nilai-nilai intelektual, emosional, dan spiritual adalah tanggungjawab semua guru mata pelajaran yang dapat diimplementasikan pada saat pembelajaran berlangsung tanpa harus menambah jam pelajaran. Hal ini amat urgen untuk diselenggarakan mengingat dahsyatnya perkembangan sains, teknologi dan seni yang demikian akseleratif harus diimbangi dengan perkembangan kepribadian secara harmonis, sehingga peserta didik dapat menempatkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki di tengah-tengah perubahan yang terus-menerus berlangsung.
Perkembangan diri remaja yang labil membutuh ruang pelimpahan sehingga bisa mendialogiskan persoalan-persoalan yang dihadapi. Ruang untuk mendialogkan dan menanamkan nilai-nilai kehidupan sehingga dapat menyikapi secara kritis terhadap dampak negatif yang mengiringi perkembangan sains, teknologi, dan seni. Pembelajaran yang berlangsung di dalam lembaga persekolahan sebagai minisocity harus mempu menjadi sarana bersosialisasi bagi siswa sehingga bisa menjadi pengalaman yang bermakna ketika terjun ke dalam masyarakat yang sesungguhnya.
Biologi sebagai mata pelajaran yang bersangkut-paut dengan makhluk hidup dan kehidupan memiliki aspek yang cukup luas untuk mengembangkan kepribadian siswa secara positif. Analisa terhadap gejala-gejala yang berlangsung di dalam interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara komponen biotik dan biotik dan komponen biotik dan abiotik dalam kehidupan. Sebuah analogi untuk memberikan pemahaman hidup manusia dalam lingkungan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Suatu upaya pengembangan kepribadian dalam aspek sosial bagi kehidupan siswa, bahwa hidup di dalam lingkungan masyarakat sangat bergantung kepada bagaian-bagian atau anggota masyarakat lainnya. Jika manusia berbuat semena-mena terhadap alam lingkugan, maka dampak yang terjadi akan kembali mengenai manusia.
Kompetensi memahami pentingnya proses metabolisme pada organisma, diantaranya menyangkut pada kompetensi dasar proses anabolisme dan katabolisme karbohidrat merupakan proses pembelajaran yang menyangkut pada aspek kognitif dan psikomotorik dalam kerja praktikum mengenai respirasi pada makhluk hidup.
Oksigen sebagai reseptor elektron dalam respirasi aerob yang dilakukan organisme, merupakan komponen penting yang memungkinkan berlangsungnya respirasi Namun secara implikatif pembelajaran respirasi dapat mengembangkan aspek spiritual mengenai kemurahan dan kerahiman Allah dalam melimpahkan oksigen di atmosfer . Dapat dibayangkan seandainya persedian oksigen di alam dihentikan, maka akan terganggu sistem kehidupan di jagad raya.
Kerja laboratorium dalam untuk mengamati kebutuhan oksigen yang diperulkan organisme dalam respirasinya menuntut ketelitian, kejujuran, kecermatan dalam mengamati, mencatat dan menganalisa data.Dalam mengkomunikasikan hasil praktikum guru bisa mengembangkan kemampuan aspek komunikasi, sehingga siswa bisa mengemukaan hasil temuannya tanpa rasa takut bersalah, sehingga bisa membangun komunikasi ke berbagai arah, dan belajar mendengar pendapat orang lain yang berbeda. Pengembangan aspek emosional yang terkait pula dengan kecakapan siswa untuk menolak atau menerima pendapat yang berbeda dengan dirinya.
Pemahaman mengenai organ dan sistem organ sebagai sistem di dalam tubuh yang saling bekerja sama dengan tugas-tugas spesifik yang memungkinkan berlangsung nya aktifitas organisme atau makhluk hidup. Sistem Pencernaan ebagai salah satu sistem dalam tubuh makhluk hidup dibangun oleh beberapa organ pencernaan mulai dari rongga mulut sampai ke muara pengeluaran. Setiap organ memiliki fungsi tertentu dan saling bekerjasama antara organ pencernaan yang satu dengan organ pencernaan lainnya untuk menyelesaikan tugas pencernaan. Apabila pencernaan di dalam rongga mulut terganggu akan menggaggung pada kerja pencernaan yang lain, menandkan kerja sustu sistem yang saling mempengaruhi untuk menyelesaikan tugas dan fungsinya. Secara implikatif memberikan gambran sebuah organisasi dalam kehidupan masyarakat bagaimana tanggungjawab setiap bagian organisasi masyarakat. Ada tujuan hidup bersama yang dapat dicapai bersama tanpa harus melupakan tugas dan tanggungjawab preibadi sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Penanaman nilai-nilai kepribadian menyangkut tanggungjawab sebagai personal memiliki tanggungjawab individu sekaligus sebagai anggota masyarakat memliki tanggungjawab sosial untuk mendukung tujuan hidup bersama. Jika sebagai pribadi kita melupakan tanggungjawabnya sebagai bagian anggota masyarakat, maka akan terganggu kehidupan dalam masyarakatnya.
****
Banyak pilihan yang bisa dilakukan dalam pembelajaran biologi , dan tidak sekedar transfer pengetahuan (kognitif) belaka, namun secara implikatif memberikan nilai tambah untuk mengembangkan kepribadian siswa. Upaya implikasi nilai-nilai kepribadian yang menyangkut pada aspek intelektual, sosial - emosional , dan spiritual.
Upaya-upaya penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilakukan secara implikatif pada setiap kompetensi dengan menganalisa Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) untuk menentukan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran . Salah satu di antaranya adalah implementasi nilai-nilai kehidupan yang dapat mengembangkan kepribadian siswa secara positif dengan melihat pengembangan materi yang relevan dengan nilai-nilai yang akan dikembangkan.
Kemampuan analisis guru terhadap SKKD, latar belakang siswa dan kondisi setempat sebagai ruang pengembangan pembelajaran akan sangat berarti dalam memenuhi keinginan untuk mengembangkan kepribadian siswa secara positif.
Dikembangkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah peluang bagi guru mata pelajaran untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan, kondisi sekolah, latar belakang siswa, kultur dan tuntutan kebutuhan nmasyarakat. Perlakuan manusiawi terhadap siswa dengan menghargai hak-hak dan kewajibannya merupakan salah satu kebutuhan untuk bisa mengembangkan kepribadiannya. Maka peran guru sebagai fasilitator akan sangat meudahkan pengembangan keripadian tersebut dengan mencari peluang-peluang yang paling memungkinkan untuk mengopptimalkan kemampuan siswa secara menyeluruh.
Serta dengan meningkatnya apresiasi pemerintah terhadap profesi guru dengan tunjangan profesionalnya memberikan implikasi pula untuk memberikan proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran yang bukan hanya menyangkut aspek kognitif, namun juga apek sosial-emosional, dan spiritual yang mebangun kepribadian secara menyeluruh. Secara profesional setiap guru mata pelajaran (bukan hanya agama dan PKn) dapat menyikapi tuntutan kebutuhan pengembangan aspek kepribadian secara menyeluruh untuk membangun kepribadian siswa secara positif dengan berbagai aspeknya melalui mata pelajaran yang diampunya.
Setiap pengetahuan adalah jalan untuk siswa (pembelajar) menemukan dirinya dan penemuan diri merupakan jalan lapang untuk menemukan jalan tuhannya. Maka, setiap mata pelajaran adalah jalan kecil untuk siswa dapat mengenal diri dan tuhannya.

Tidak ada komentar: